Beberapa hari ini aku sewot, aku marah, aku kesal, aku emosi karena seseorang yang disebut Bos. Bekerja di beberapa tempat sebelumnya membuatku menyadari bahwa sesungguhnya semua bos sama saja, penuh pertimbangan dan sangat mungkin berubah pikiran, tentang semua hal karena situasi dan kondisi yang mempengaruhi. Namun, emosiku tak terkendali tatkala beberapa waktu lalu, Bosku yang menjanjikan sesuatu *yang sesungguhnya tipis kuharapkan untuk mendapatkannya* atas kehendak dan tawarannya sendiri, tiba-tiba membatalkan secara sepihak dan semena-mena.
Begitulah kira - kira ekspresi-ekspresi mukaku tatkala Bosku membatalkan tawaran dan janjinya secara sepihak dan seenaknya sendiri. Alasan kemarahanku, tentu karna hal yang dijanjikan bos itu penting dan sangat bermanfaat bagiku, dan tak begitu besar bila dibandingkan dengan yang bos miliki. Rencana-rencana yang telah kususun mendadak gagal karena pembatalan janji ini.
Aku marah karena tak hanya sekali bos 'memanipulasiku'. Ya, memanipulasi dengan permainan kata-katanya. Mengatakan A dalam detik ini, yang kemudian berubah menjadi B sedetik kemudian. Mengatakan B dalam detik ini, yang kemudian berubah menjadi C dua detik kemudian. Rasanya, menyebalkan sekali!
Namun aku kemudian berusaha bersabar, dan mau tak mau menerima karena ya, aku masih membutuhkan pekerjaanku sekarang. Ya, aku masih membutuhkan penghasilanku sekarang. Ya, aku harus legowo karena memang watak bosku suka merubah rubah perkataan dan pelupa. Aku sadar bahwa jika aku memang sudah tak sanggup lagi dan tak menghasilkan perubahan, maka aku yang harus berhenti, karena dia yang punya perusahaannya, dia yang mengatur sendiri perusahaannya. Aku yang pekerja bisa apa? :)
Berhari-hari kulawan kemarahan hatiku dan berusaha untuk legowo, berusaha tak menjadikan ini masalah dalam hidup karena banyak orang yang lebih menderita daripada aku, berusaha bersifat bijak serta yakin dan percaya bahwa Allah pasti memiliki ganti yang jauh lebih baik, berlipat lipat lebih indah daripada apa yang dijanjikan bosku. Dan ya, aku baru setengah berhasil... aku masih melawan kemarahanku, tiap dia masih mengandalkanku untuk banyak hal yang sebenarnya, bukan pekerjaan dan tanggung jawabku. Aku masih marah karena kepercayaannya kepadaku tak dia akui dengan penghargaan yang pantas. Namun aku tenangkan hatiku, mengatakan bahwa aku sedang belajar dalam hidup, belajar menerima dan mendewasakan hatiku. Karena toh, pada dasarnya hal seperti itu ada di manapun, hanya kasus dan situasinya yang berbeda...
Lalu tiba hari ini, beberapa masalah kudengar terjadi di tempat kerja yang berkaitan dengan rekan-rekan kerjaku. Ya, ada yang punya masalah pribadi berkaitan dengan kisah cinta yang kompleks, Ada yang punya masalah pribadi berkaitan dengan kisruh keluarga yang mencemaskan, Ada yang punya masalah pribadi dengan mantan pasangan yang berat dan penuh perjuangan mempertahankan buah hati agar tak direbut mantan setelah sekian lama si mantan mangkir dari tanggung jawab, Ada lagi yang lain - lain yang kebetulan terjadi dalam satu hari ini.
Tiba-tiba aku merasa bahagia, bersyukur dan bersyukur pada Allah. Bahagia karena aku punya keluarga kecil sederhana dan tak bermasalah, Bahagia karena walaupun aku tak sempurna namun aku juga tak kekurangan suatu apapun, Bersyukur karena ternyata masalahku jauh lebih kecil dari masalah-masalah orang lain, Bersyukur karena ternyata ketika dipikir lebih dalam, masalah pekerjaan dan bosku hanya sebagian yang sangat kecil dibandingkan rejeki Allah yang seluas samudera setiap harinya.
Lalu aku sadar, bersyukur, bersabar, ikhlas dan tak berlebih-lebihan adalah kunci kebahagiaan sesungguhnya. Karena dengan hal -hal itu sesungguhnya Allah akan menambah nikmat yang lebih banyak dan tak terduga-duga. Tak perlu berlebihan bersikap, karena tidak semua hal yang kita inginkan terwujud dengan cara kita. Mungkin Allah hanya menunda untuk memberi kita yang jauhhh lebih indah. Bismillah, belajar banyak bersyukur... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar